Jannah Theme License is not validated, Go to the theme options page to validate the license, You need a single license for each domain name.

Kelangkaan Gas ELPIJI Di Kota, Wawali Datangi Kantor Pertamina Bengkulu

BENGKULU, newsikal.com  – Wakil Walikota Bengkulu Dedy Wahyudi bersama Asisten II, Kadis Perindag Dewi Dharma dan 4 orang agen gas elpiji di Kota Bengkulu Senin siang (12/10/2020) datang ke kantor Pertamina Bengkulu dalam rangka silaturahmin dan koordinasi masalah kelangkaan gas elpiji 3 KG.

Ia disambut 2 manager di pertamina yakni Sayibani dan Ferdi. Dalam pertemuan itu Dedy mendengar terlebih dahulu penjelasan dari pihak pertamina yang dijelaskan oleh Ferdi. Dikatakan bahwa jumlah agen PSO di Kota Bengkulu ada 4 dengan total jumlah pangkalan sebanyak 347.

Dijelaskan pula bahwa tidak ada pengurangan terhadap penyaluran elpiji sejak bulan Januari. Tahun 2020 ini, kuota migas sebesar 10.732 metrik ton (M/T). Dimana kuotanya naik 1,46 persen dari tahun sebelumnya.

Dedy juga diperlihatkan data konvensi mitan ke elpiji mulai tahun 2010-2011. Ternyata, dari konvensi mitan ke gas tahun 2010-2011 kuota untuk Kota Bengkulu lebih sedikit dibandingkan dengan kuota Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Bengkulu Utara.

“Kota cuma 56 ribu paket, kenapa RL 70 ribu paket. Kenapa lebih banyak RL sedangkan jelas penduduk di kota lebih banyak daripada di RL. Dari sini saja kita meihat ada semacam ketimpangan,” tanya Dedy.

Dijelaskan oleh pihak pertamina bahwa kuota konvensi dari minyak tanah ke gas elpiji saat itu berdasarkan data dari BPH-Migas yang datanya diterima dari masing-masing pemerintah kabupaten/kota.

Pembahasannya pun terfokus pada persoalan kelangkaan elpiji di Kota Bengkulu. Hasil dari koordinasi itu, ada banyak asumsi dari hasil analisa yang menjadi penyebab kelangkaan gas elpiji 3 KG yang notabene untuk masyarakat miskin.

“Kita ke sini (pertamina) kan ingin mencari tahu apa sih akar permasalahannya. Saya khawatir nanti masyarakat demo,” ujar Dedy.

Asumsi dari para agen, kelangkaan elpiji memang terjadi setiap tahun. Ini biasanya terjadi setelah lebaran Idul Adha karena banyak masyarakat kurang mampu dapat daging qurban dan mereka masak secara bersamaan. Memasak daging itu lama dan cepat menghabiskan gas sehingga kebutuhan gas meningkat.

Sedangkan dari dinas perindag mengatakan banyak pangkalan nakal, yakni pihak pangkalan yang tidak mau repot, langsung menjual ke pengecer. “Jadi percuma ada HET tapi harga gas yang dijual pengecer diatas HET. Sedangkan HET itu cuma berlaku di pangkalan. Nah, pangkalan menjual ke pengecer,” ujar salah satu kabid di dinas perindag yang mendampingi kadis perindag.

Versi pihak pertamina, mereka pada Oktober sudah menambah alokasi fakultatif sebagai antisipasi terhadap kelangkaan yang terjadi di bulan September. Penambahannya dari 488 ribu menjadi 583 ribu. Harapannya dengan kuota tambahan itulah bisa membanjiri pasar.

Solusi yang didapat untuk mengatasi kelangkaan gas elpiji bersubsidi, Dedy memerintahkann dinas perindag untuk lebih mengawasi pihak pangkalan dan membuat kartu kepada masyarakat sehingga pangkalan cuma bisa menjual elpiji kepada masyarakat yang memiliki kartu.

Ia juga mengimbau kepada masyarakat yang masih mampu (bukan orang miskin) agar mulai beralih dari tabung gas 3 KG ke bright gas 5,5 KG non subsidi. Meskipun, ia menyadari akibat Covid-19 ekonomi masyarakat semakin sulit sehingga banyak juga yang tadinya sudah memakai bright gas kembali lagi ke tabung 3 KG.(rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

You cannot copy content of this page