Jannah Theme License is not validated, Go to the theme options page to validate the license, You need a single license for each domain name.

PENERAPAN STRATEGI PICTURE WORD INDUCTIVE MODEL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYUSUN TEKS DESKRIPTIF BERBAHASA INGGRIS

OLEH Lili Herliani, S.Pd. SMA Negeri 7 Kota Bengkulu [email protected]

ABSTRACT

Writing is one of the language skills that students must learn. By writing, one can convey ideas, thoughts and feelings to others. One of the advantages of writing compared to speaking is that students have more opportunities to compose words to convey ideas, thoughts and feelings to others. Many students (27 out of 36 or ± 75%) of class X IPA 2 SMA Negeri 7 Bengkulu City for the 2021/2022 academic year in semester 2 cannot express meaning in written functional texts and very simple short essays in the form of descriptive and procedures for interacting with the closest environment well. To overcome these student problems, the researcher tried to apply the Power Word Inductive Model strategy to assist students in finding as many vocabulary words as possible to then arrange them into phrases, sentences, paragraphs and very simple short texts in descriptive form to interact with their immediate environment.This research is a classroom action research using a qualitative approach. The subjects of this study were all class X students of SMA Negeri 7 Bengkulu City in the even semester of the 2021/2022 academic year. The choice of research subjects, namely class X students of SMA Negeri 7 Bengkulu City in the even semester of the 2021/2022 academic year, was because only 23.68% of students could complete learning to write in English. The focus of this research is to increase the learning outcomes of class X IPA 2 students of SMA Negeri 7 Bengkulu City in the even semester of the 2021/2022 academic year (minimum 80%) in learning to write in English. Writing learning referred to here is describing certain objects, people, or places in order to interact with the surrounding environment. This research was carried out with the aim of improving the learning outcomes of class X IPA 2 SMA Negeri 7 Bengkulu City in semester 2 of the 2021/2022 academic year in learning to write in simple English about various matters related to their immediate environment, especially in describing objects, people or certain places by using the Picture Word Inductive Model strategy. With the increase in student learning outcomes, it is hoped that the results of student writing will be better.After 3 cycles of action were held, there was an increase in student learning outcomes in describing certain objects/people/places. In the first cycle, students were asked to write descriptive texts about certain objects in groups of four using the Picture Word Inductive Model strategy. As a result, only 15 students (41.66%) could describe certain objects correctly. In the second cycle, students were asked to compose descriptive texts about certain people using the Picture Word Inductive Model strategy. There were 25 students (69.44%) who succeeded in describing certain people correctly. The results have reached the expected target. In the third cycle, students were asked to write descriptive texts about certain places without using the Picture Word Inductive Model strategy. Students are immediately asked to describe a picture of a particular place. As a result, only 30 students (83.33%) succeeded in active learning. It can be concluded that learning to write in English using Picture Word Inductive Model media can improve the skills of class X IPA 2 students at SMA Negeri 7 Bengkulu City in the even semester of the 2021/2022 school year in describing certain objects/people/places.

Keywords: Composing English Descriptive Text, Picture Word Inductive Model Strategy

 

ABSTRAK

Menulis adalah salah satu keterampilan bahasa yang harus dipelajari siswa. Dengan menulis, seseorang bisa menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Salah satu kelebihan menulis dibandingkan dengan berbicara adalah siswa memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk merangkai kata-kata guna menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Banyak siswa (27 dari 36 atau ± 75%) kelas X IPA 2 SMA Negeri 7 Kota Bengkulu  tahun ajaran 2021/2022 pada semester 2 tidak bisa mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional dan esai pendek sangat sederhana berbentuk deskriptif dan prosedur untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan siswa tersebut, peneliti mencoba menerapkan strategi Power Word Inductive Model guna membantu siswa dalam menemukan sebanyak mungkin kosa kata untuk kemudian disusun menjadi frase, kalimat, paragraph dan teks pendek sangat sederhana yang berbentuk dekriptif untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 7 Kota Bengkulu pada semester genap tahun ajaran 2021/2022. Pemilihan subjek penelitian yaitu siswa kelas X SMA Negeri 7 Kota Bengkulu pada semester genap tahun ajaran 2021/2022 adalah karena hanya 23,68% siswa bisa tuntas dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris. Fokus penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 7 Kota Bengkulu pada semester genap tahun ajaran 2021/2022 (minimal 80%) dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris. Pembelajaran menulis yang dimaksud di sini adalah mendeskripsikan benda, orang, atau tempat tertentu guna berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 7 Kota Bengkulu pada semester 2 tahun ajaran 2021/2022 dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris secara sederhana tentang berbagai hal yang berhubungan dengan lingkungan terdekat mereka terutama dalam mendeskripsikan benda, orang atau tempat tertentu dengan menggunakan strategi Picture Word Inductive Model. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa, diharapkan hasil tulisan siswa menjadi lebih baik.

Setelah diadakan tindakan sebanyak 3 siklus, ada peningkatan hasil belajar siswa dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu. Pada siklus pertama, siswa diminta menulis teks deskriptif tentang benda tertentu dalam kelompok berempat menggunakan strategi Picture Word Inductive Model. Hasilnya, hanya 15 siswa (41,66%) yang bisa mendiskripsikan benda tertentu dengan benar. Pada siklus ke dua, siswa diminta menyusun teks deskriptif tentang orang tertentu menggunakan stretegi Picture Word Inductive Model. Ada 25 siswa (69,44%) yang berhasil mendiskripsikan orang tertentu dengan benar. Hasil sudah mencapai target yang diharapkan. Pada siklus ke tiga, siswa diminta menulis teks deskriptif tentang tempat terrtentu tanpa menggunakan strategi Picture Word Inductive Model. Siswa langsung diminta mendiskripsikan gambar tempat tertentu. Hasilnya, hanya 30 siswa (83,33 %) yang berhasil belajar aktif. Bisa disimpulkan bahwa pembelajaran menulis berbahasa Inggris menggunakan media Picture Word Inductive Model dapat meningkatkan ketrampilan siwa kelas X IPA 2 SMA Negeri 7 Kota Bengkulu pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022 dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu.

 

Kata Kunci Menyusun Teks Deskriptif Berbahasa Inggris, Strategi Picture Word Inductive Model

PENDAHULUAN

Menulis adalah salah satu keterampilan bahasa yang harus dipelajari siswa. Dengan menulis, seseorang bisa menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Salah satu kelebihan menulis dibandingkan dengan berbicara adalah siswa memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk merangkai kata-kata guna menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Selain itu, kesalahan siswa tidak diketahui secara langsung oleh orang lain, sehingga siswa tidak perlu merasa takut.

Namun demikian, menulis tidak hanya sekedar menyusun/merangkai kata- kata, frasa, atau kalimat. Siswa perlu mengikuti aturan bahasa tertentu untuk bisa memproduksi tulisan yang bisa dipahami dan diterima oleh pembaca. Menurut rangkaian kelangsungan belajar bahasa yang diusulkan oleh Hammond, dan kawan-kawan (2003), menulis lebih baik diberikan kepada siswa SMA pada tingkat akhir. Tingkat literasi berbahasa Inggris bagi siswa SMA diharapkan bisa berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti menulis pesan singkat, kartu ucapan/undangan, pengumuman, dan lain-lain.

Meskipun tingkat literasi yang diharapkan dikuasai siswa hanyalah tingkat yang sangat sederhana, tetapi tidak mudah bagi siswa kelas X SMA Negeri 7 Kota Bengkulu semester 1 tahun ajaran 2021/2022 untuk mempraktikkannya. Banyak siswa (20 dari 36 atau ± 55,55%) kelas X IPA 2 SMA Negeri 7 Kota Bengkulu  tahun pelajaran 2021/2022 pada semester 2 tidak bisa mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional dan esai pendek sangat sederhana berbentuk deskriptif dan prosedur untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dengan baik.

Untuk mengatasi permasalahan siswa tersebut, peneliti mencoba menerapkan strategi Power Word Inductive Model guna membantu siswa dalam menemukan sebanyak mungkin kosa kata untuk kemudian disusun menjadi frase, kalimat, paragrap dan teks pendek sangat sederhana yang berbentuk dekriptif untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat. Penelitian ini menarik dilakukan karena peneliti berasumsi bahwa siswa akan dapat menuliskan banyak kosa kata secara bersama-sama dengan menggunakan strategi tersebut.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 7 Kota Bengkulu pada semester genap tahun ajaran 2021/2022. Pemilihan subjek penelitian yaitu siswa kelas X SMA Negeri 7 Kota Bengkulu pada semester genap adalah karena hanya 23,68% siswa bisa tuntas dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris. Fokus penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 7 Kota Bengkulu pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022 (minimal 80%) dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris. Pembelajaran menulis yang dimaksud disini adalah mendeskripsikan benda, orang, atau tempat tertentu guna berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.

Dari berbagai gambaran di atas, bisa kita rumuskan permasalahannya sebagai berikut “Seberapa besar manfaat penggunaan strategi Picture Word Inductive Model dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 7 Kota Bengkulu pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022 dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris?”

Bahasa Inggris adalah bahasa yang digunakan oleh orang-orang di negara Inggris atau negara-negara jajahannya (Wikipedia). Bahasa Inggris merupakan bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk  tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya,  dan pembinaan hubungan dengan bangsa-bangsa lain. Mata pelajaran bahasa Inggris merupakan mata pelajaran wajib. Seorang siswa belum bisa dikatakan menguasai bahasa Inggris kalau dia belum dapat menggunakannya untuk berkomunikasi, meskipun dia mendapat nilai yang bagus pada penguasaan kosa kata dan tata bahasa. (Pedoman khusus pengembangan silabus dan sistem penilaian bahasa Inggris Kurikulum2004). Pembelajaran bahasa seperti yang diajukan oleh Hammond, dan kawan-kawan (1992:5), pembelajaran dimulai dari bahasa yang “paling” lisan hingga yang “paling” tulis. Maka pembelajaran bahasa Inggris di kelas X sebetulnya masih ditekankan pada bahasa lisan, yaitu mendengarkan dan berbicara. Selain itu, bahasa pada dasarnya adalah lisan (Helena, dkk. 2004) Mereka menambahkan bahwa bahasa lisan adalah bahasa interaksi face-to-face, yang terutama untuk membicarakan ‘aku dan kamu’. Namun demikian, tentu saja siswa tidak secara tiba-tiba diberikan pembelajaran menulis apabila siswa telah duduk di sekolah lanjutan atas. Siswa harus diajarkan bagaimana cara menulis dalam bahasa Inggris dengan benar sejak mereka msih belajar di kelas 7 SMP  dengan sangat sederhana.

Secara teori menulis termasuk keterampilan yang lebih sulit dilakukan siswa dari pada keterampilan berbicara. Beberapa fitur bahasa tulis seperti penggunaan huruf, tanda baca dan susunan kalimat yang benar sedikit menyulitkan siswa, apalagi bahasa Inggris memiliki perbedaan aturan penulisan dengan bahasa Indonesia. Siswa diharapkan bisa menulis dengan huruf, tanda baca, dan susunan kalimat yang benar agar pembaca bisa memahami tulisan tanpa harus bertanya kepada penulisnya. Selain itu, tidak banyak orang tua siswa yang mengajarkan menulis pada anaknya di rumah, apalagi dalam bahasa Inggris. Apabila anak bisa belajar berbicara di dalam lingkungan keluarganya, tidak demikian dengan belajar menulis. Menulis dipelajari dengan lebih formal di sekolah, dengan berbagai aturan mainnya. Pembelajaran menulis berbahasa Inggris pada kelas X semester genap diberikan berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Pembelajaran menulis dalam pelajaran bahasa Inggris diberikan dalam 4 tahap, yaitu building knowledge of the field (BKoF), modeling of the text (MoT), joint construction of the text (JCoT), dan independent construction of the text (ICoT).

Pada tahap BKoF, siswa diajak mengeksplorasi pengetahuannya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan topik. Kemudian siswa diberikan contoh dalam tahap MoT. Pada tahap JCoT, siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dengan teman guna mengelaborasi apa yang telah dia dapatkan dari guru selama tahap BKoF, sementara pada tahap ICoT siswa diharapkan bisa melakukan kegiatan secara mandiri, masih dalam rangka mengeksplorasi pengetahuannya.

Teks deskriptif menurut Wikipedia dan kamus Webster adalah sebuah teks yang bertujuan memberikan gambaran yang jelas mengenai benda/orang/tempat tertentu. Yang membedakan teks deskriptif dengan teks report (laporan) adalah bahwa teks deskriptif dibuat berdasarkan fakta tentang benda/orang/tempat tertentu secara khusus, sementara teks laporan dibuat secara umum berdasarkan hasil observasi. Calhoun (1998) mengembangkan Picture Word Inductive Model (PWIM), menggunakan foto berisi objek yang dikenal siswa untuk memproduksi kata-kata dari anak-anak. Model ini membantu siswa menemukan beberapa kosakata melalui apa yang mereka baca dan lihat, serta kosakata yang mereka tulis, dan juga menemukan prinsip fonetik dan struktural yang hadir dalam kata-kata.

Tujuan menggunakan PWIM adalah untuk mengembangkan kosakata, konsep tentang kata-kata, kalimat dan struktur paragraf. Kekuatan menggunakan strategi ini adalah bahwa hal itu akan membantu membangun kosakata dan kemampuan menulis. Strategi ini dapat digunakan dengan seluruh kelas, kelompok-kelompok kecil, berpasangan, atau individual untuk mengarahkan siswa menjadi bertanya tentang kata-kata dan menambahkan mereka ke kosakata mereka, menemukan prinsip fonetik dan struktural, dan terlibat dalam kegiatan membaca dan menulis. Sementara beberapa keterampilan dapat diajarkan secara eksplisit, PWIM dirancang untuk memanfaatkan kemampuan siswa untuk berpikir induktif.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 7 Kota Bengkulu pada semester 2 tahun ajaran 2021/2022 dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris secara sederhana tentang berbagai hal yang berhubungan dengan lingkungan terdekat mereka terutama dalam mendeskripsikan benda, orang atau tempat tertentu dengan menggunakan strategi Picture Word Inductive Model. Dengan meningkatnya hasil belajar siswa, diharapkan hasil tulisan siswa menjadi lebih baik.

 

PEMBAHASAN

Tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap.Tindakan dilakukan dengan metode yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan strategi Picture Word Inductive Model bisa meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 7 Kota Bengkulu pada semester genap tahun ajaran 2021/2022 dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris. Seperti telah disampaikan sebelumnya, tindakan siklus I, siswa mendiskripsikan benda tertentu secara berkelompok, kemudian individu dengan menggunakan strategi PWIM. Tindakan kedua sama seperti sebelumnya, hanya objek yang didiskripsikan adalah orang tertentu. Sementara pada tindakan ketiga, siswa mendiskripsikan gambar tempat tertentu secara berkelompok tanpa prosedur seperti dalam strategi PWIM. Tindakan dilaksanakan dalam 4 tahap, seperti pada pembelajaran sehari- hari, yaitu Building Knowledge of the Text (BkoF), Modeling of the Text (MoT), Joint Construction of the Text (JCoT), dan Independent Consrtuction of the Text (IcoT). Namun pengamatan hanya difokuskan pada saat siswa mengikuti tahap Joint Construction of the Text (JCoT), dan Independent Consrtuction of the Text (IcoT).

Pada tahap JcoT, siswa bekerja sama untuk menyusun sebuah teks deskriptif tentang benda tertentu. Dari hasil pengamatan tindakan pada siklus I, didapatkan data bahwa belum banyak siswa yang bisa mendiskripsikan benda tertentu dengan benar. Masih banyak siswa yang melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak dikehendaki selama pembelajaran seperti mengobrol, saling melihat gambar, menulis dalam bahasa Indonesia, dan bahkan tertawa lebar setelah melihat gambar.

Meskipun demikian, pada siklus ini telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris, namun belum memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu 80% dari seluruh siswa  mencapai KKM 76. Hanya 15 siswa (± 41,66%) berhasil mencapai KKM. Pada saat dilaksanakan refleksi, siswa menyampaikan bahwa siswa masih menemui kesulitan untuk menuliskan kata-kata yang mendeskripsikan benda tertentu. Guru menyampaikan kembali bahwa yang harus dilakukan siswa pertama kali adalah menyebutkan semua benda yang terlihat di dalam gambar. Siswa tidak perlu terpaku harus menuliskan banyak benda apabila yang ada di dalam gambar memang tidak terdapat banyak benda. Kemudian baru menyebutkan kata yang menerangkan benda tersebut (kata sifat), dan seterusnya.

Seperti pada tindakan siklus I, tindakan pada siklus II ini juga dilaksanakan dalam 4 tahap, seperti pada pembelajaran sehari-hari, yaitu Building Knowledge of the Text (BkoF), Modeling of the Text (MoT), Joint Construction of the Text (JCoT), dan Independent Consrtuction of the Text (IcoT).

Pada tindakan siklus ke dua, siswa masih bekerja secara berkelompok, kemudian mandiri untuk mendeskripsikan orang tertentu. Pelajaran dimulai dengan mereview cara mendiskripsikan gambar benda tertentu menggunakan prosedur seperti dalam strategi PWIM. Kemudian siswa diminta berlatih melakukannya di depan kelas.

Pada kegiatan ini guru mengoreksi siswa apabila terjadi kesalahan dalam mendiskripsikan gambar benda tertentu. Pada tahap observasi ini, strategi menulis tidak diubah. Siswa tetap bekerja kelompok berempat dan mendapatkan gambar orang tertentu untuk dideskripsikan dengan strategi PWIM. Selama pembelajaran, hampir lebih dari 50% siswa berhasil belajar. Tidak banyak siswa yang melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Ada 25 siswa (± 69,44%) berhasil belajar aktif. Masih ada siswa yang kurang berhasil belajar. Siswa saling memberikan kontribusi tentang kata-kata yang bisa digunakan untuk mendeskripsikan orang tertentu. Berdasarkan refleksi pembelajaran yang dilakukan sesuai kegiatan, didapat keterangan bahwa siswa lebih menikmati kegiatan dengan berbagi kosakata yang mereka munculkan untuk mendeskripsikan orang tertentu. Untuk membantu memunculkan kosakata baru dari siswa guru memberikan umpan balik elisitasi.

Untuk memastikan apakah peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris disebabkan adanya penggunaan Picture Word Inductive Model maka dilakukan tindakan pada siklus ke tiga. Pelaksanaan tindakan pada siklus ini juga dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu Building Knowledge of the Text (BkoF), Modeling of the Text (MoT), Joint Construction of the Text (JCoT), dan Independent Consrtuction of the Text (IcoT).  Berikut penjelasannya :

Building Knowledge of the Field (BkoF)

  • Guru mereview cara mendeskripsikan benda dan orang tertentu seperti pada pertemuan sebelumnya.
  • Guru menunjukkan gambar tempat tertentu
  • Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang bisa memancing siswa untuk menyebutkan beberapa kata (kata benda/sifat) tentang gambar tersebut.

Contoh:

What picture is it? What can you see in it? Mention it.

How is it?, dst.

Modeling of the Text (MoT)

  • Dengan pengetahuan cara mendeskripsikan benda/orang tertentu pada pertemuan sebelumnya, siswa diajak untuk mendeskripsikan gambar tempat tertentu tanpa melalui prosedur seperti dalam PWIM.

Joint Construction of the Text (JcoT),

  • Siswa dibagi berkelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa.
  • Masing-masing kelompok diberi gambar tempat tertentu yang berbeda.
  • Siswa diminta mendeskripsikan gambar tersebut secara berkelompok dengan cara yang sama seperti di dalam contoh/tahap Modeling of the text yaitu langsung mendiskripsikan gambar tempat tertentu tanpa melalui prosedur PWIM.
  • Guru mengamati pekerjaan siswa sambil mencatat hal-hal yang penting dan memberikan penjelasan.

Independent Construction of the Text (IcoT).

  • Guru mendisplay gambar tempat tertentu.

Siswa diminta mendeskripsikan gambar secara individu.

Berdasarkan pengamatan selama tindakan pada siklus ke tiga, diperoleh data bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran tersebut menurun. Hanya 20 siswa (±55,55%) berhasil mendiskripsikan tempat tertentu dengan benar. Berdasarkan hasil refleksi, didapatkan data bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris guna mendeskripsikan tempat tertentu mengalami penurunan karena tidak digunakan strategi Picture Word Inductive Model meskipun siswa masih tetap memiliki gambar. Ini membuktikan bahwa penggunaan Picture Word Inductive Model dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 7 Kota Bengkulu dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu.Secara keseluruhan, peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik pencapaian KKM siswa kelas X semester genap tahun pelajaran 2021/2022 dalam mendiskripsikan gambar sebelum dan sesudah tindakan tiga siklus. Picture Word Inductive Model terbukti berhasil membantu siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 7 Kota Bengkulu pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022 meningkatkan hasil belajarnya dalam pembelajaran menulis berbahasa Inggris, terutama dalam mendeskripsikan benda, orang atau tempat secara sederhana. Kondisi awal sebelum diadakan tindakan, hanya 9 siswa (25%) bisa mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu berbahasa Inggris. Setelah diadakan tindakan siklus I, ada peningkatan jumlah siswa yang berhasil belajar. 15 siswa (41,66%) berhasil belajar dalam kegiatan dimaksud. Pada siklus ke II, jumlah mengalami peningkatan menjadi 25 siswa (69,44%), dan pada siklus ke III ada 30 siswa (83,33%) berhasil belajar. Dengan demikian hipotesis terbukti berhasil.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan selama tindakan, ada perubahan signifikan hasil belajar siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 7 Kota Bengkulu semester genap tahun pelajaran 2021/2022 dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu ketika digunakan Picture Word Inductive Model. Sebelum diadakan tindakan, hanya 9 siswa bisa mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu berbahasa Inggris. Ketika diadakan wawancara, diperoleh jawaban penyebab siswa kurang bisa mengikuti pembelajaran menulis berbahasa Inggris, diantaranya adalah siswa tidak memiliki bahan apa yang harus dituliskan, dan siswa bosan dengan tehnik yang terkesan monoton.

Setelah diadakan tindakan sebanyak 3 siklus, ada peningkatan hasil belajar siswa dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu. Pada siklus pertama, siswa diminta menulis teks deskriptif tentang benda tertentu dalam kelompok berempat menggunakan strategi Picture Word Inductive Model. Hasilnya, hanya 15 siswa (41,66%) yang bisa mendiskripsikan benda tertentu dengan benar. Masih banyak siswa yang belum bisa melakukannya dengan benar, dan cenderung melakukan kegiatan yang tidak dikehendaki.

Pada siklus ke II, siswa diminta menyusun teks deskriptif tentang orang tertentu menggunakan strategi Picture Word Inductive Model. Ada 25 siswa (69,44%) yang berhasil mendiskripsikan orang tertentu dengan benar. Hasil sudah mencapai target yang diharapkan. Namun untuk mengetahui apakah Picture Word Inductive Model membantu peningkatan tersebut, maka tindakan dilanjutkan.

Pada siklus ke III, siswa diminta menulis teks deskriptif tentang tempat tertentu tanpa menggunakan strategi Picture Word Inductive Model. Siswa langsung diminta mendiskripsikan gambar tempat tertentu. Hasilnya, hanya 30 siswa (83,33 %) yang berhasil belajar aktif.

Bisa disimpulkan bahwa pembelajaran menulis berbahasa Inggris menggunakan media Picture Word Inductive Model dapat meningkatkan keterampilan siwa kelas X IPA 2 SMA Negeri 7 Kota Bengkulu pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022 dalam mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu.

Kelebihan dari penggunaan Picture Word Inductive Model adalah siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis berbahasa Inggris karena mereka terbantu dalam memunculkan kosakata yang akan mereka gunakan. Selain itu, kontribusi siswa dalam memunculkan kosakata membuat siswa semakin tertantang. Sementara kekurangan dari penggunaan Picture Word Inductive Model adalah mungkin metode ini hanya bisa meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA 2  semester genap tahun pelajaran 2021/2022, karena setiap siswa mengalami masalah yang berbeda dan memiliki cara yang berbeda pula dalam belajar.

Implikasi pedagogis dari penelitian ini adalah siswa merasa santai dan tidak terbebani dalam belajar menulis berbahasa Inggris, apakah mereka akan membuat kesalahan atau tidak, karena konsentrasi mereka terpusat pada gambar di dalam Picture Word Inductive Model. Siswa merasa pembelajaran mereka berjalan seperti bermain. Dengan melihat gambar kemudian menuliskan kata demi kata yang dikembangkan menjadi frase, kalimat, paragraf dan teks siswa merasa mereka bisa mendiskripsikan benda/orang/tempat tertentu. Keberhasilan siswa dalam mencapai KKM merupakan kepuasan tersendiri bagi mereka.

Beberapa saran bagi peneliti berikutnya adalah agar guru mencoba menerapkan metode ini di kelasnya untuk mengetahui apakah betul Picture Word Inductive Model bisa membantu siswa kelas X IPA 2 dalam menulis berbahasa Inggris dengan lancar guna mendeskripsikan benda, orang atau tempat tertentu. Selain itu, hendaknya guru mengembangkan penelitian tindakan kelas pada aspek yang lain dengan metode yang berbeda agar segala kekurangan selama proses belajar mengajar bisa diketahui kendalanya.

 

DAFTAR PUSTAKA

Carr, W. & Kemmis, S. (1986) Becoming Critical: education, knowledge and action research. Lewes: Falmer.

Cohen, L ; Manion, L & Morrison, K (2000) Research Methods in Education (5th edition). London,:Routledge Falmer.

Corey, S. (1953) Action Research to Improve School Practices. New York: Columbia University, Teachers College Press.

Denzin & Y. Lincoln (Eds.) Handbook of Qualitative Research 2nd Development. In M. Huberman, & J. M. Backus (Eds.), Advances in Development. London: Heinemann.

Dep.dik.nas, (2003) Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran  Bahasa Inggris Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta.

Ebbutt, D. (1985) Educational Action research: some general concerns and  specific quibbles, in: Burgess, R. (ed.) Issues in  Educational Research: qualitative methods. Lewes: Falmer.

Elliott, J. (1981) Action research: a framework for self-evaluation in schools. TIQL working paper no.1. Cambridge: Cambridge Institute of Education.

                    (1991) Action Research for Educational Change.  Buckingham: Open University Press.

Fischer, J. (2001). Action Research Rationale and Planning: Developing a Framework for Teacher Inquiry. In G. Burnaford, J. Fischer & D.

Fueyo, V. & Koorland, M. A. (1997). Teacher as researcher: A synonym for professionalism. Journal of Teacher Education, 48(5), 336-338.

Gibson, R. (1985) Critical times for action research. Cambridge Journal of Education, 15 (1): 59-64.

Hammond, J., et. al.. (1992). English for Social Purposes: a Handbook for teachers of Adult Literacy. Sydney: NCELTER.

Harmer, J. 1998. How to Teach English. England: Longman.

Hollingsworth, S. (ed.) (1997) International Action Research: a casebook for educational reform. London: Falmer

Hollingsworth, S., Noffke, S.E., Walker, M. & Winter, R. (1997) Epilogue: What have we learned from these case on action research and educational reform? in: Hollingsworth, S. (ed.) International Action Research: a casebook for educational reform. London: Falmer.

Hopkins,  D.  (1993)  A  Teacher’s  Guide  to  Classroom  Research,  2nd  edition.

Milton Keynes: Open University Press. http://www.bath.ac.uk/~edsajw/ http://www.did.stu.mmu.ac.uk/carn/

http://www.edu.plymouth.ac.uk/resined/actionresearch/arhome.htm

http://www.edu.plymouth.ac.uk/resined/actionresearch/arhome.htm – top

http://www.edu.plymouth.ac.uk/resined/Qualitative%20methods%202/qualrshm.h tm#Triangulation

http://www.open.ac.uk/cobe/docs/AR-Guide-final.pdf

http://www.tandf.co.uk/journals/titles/09650792.asp

Hustler, D., Cassidy, A. & Cuff, E. (eds.) (1986) Action Research in Classrooms and Schools. London, Allen and Unwin.

Jennings, L. & Graham, A. (1996) Postmodern perspectives and action research: reflecting on the possibilities. Educational Action Research, 4 (2): 267-278.

Kemmis, S. & McTaggart, R. (1982) The Action Research Planner. Victoria, Deakin University Press.

Koshy,  V.  (2005)  Action  research  for  improving  practice.  A  practical guide. London: Paul Chapman Publishing.

Lewis, I. (1987) Encouraging reflexive teacher research. British Journal of Sociology of Education, 8 (1): 95-105.

Waters-Adams, S. 1986. Action Research in Education. University of Plymouth Woods, P. 2006. Qualitative Research. University of Plymouth.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

You cannot copy content of this page