Jannah Theme License is not validated, Go to the theme options page to validate the license, You need a single license for each domain name.

Pemeriksaan Kehamilan dan Edukasi Dalam Kelas Ibu Hamil dapat Meningkatkan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang ASI Ekslusif

Ditulis oleh : Epti Yorita, SST, MPH., Rialike Burhan., SST, M.Keb, Elly Wahyuni, SST, M.Pd., Sri Yanniarti, SST, M.Keb, Wewet Savitri, SST, M.Keb Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Kejadian stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan tinggi badan akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama, mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan angka kejadian stunting di Indonesia sebesar 30,8%, di Provinsi Bengkulu 27,5%.  Hasil SSGI tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 24,4% (Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, 2022) Program Scalling-Up Nutrition Movement berfokus pada 1000 hari pertama kehidupan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan (N. Sari et al., 2021).

Praktik pemberian ASI eksklusif berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian stunting (Syeda et al., 2021).  Pengetahuan yang buruk tentang menyusui, miskonsepsi tentang menyusui juga berpeluang sembilan kali untuk memberikan makanan pralaktal (Chea & Asefa, 2018).

Oleh karena itu diperlukan pendidikan kelas ibu hamil tentang manfaat pemberian ASI secara eksklusif untuk menurunkan beban bagi negara akibat kekurangan gizi (Syeda et al., 2021). Diperlukan edukasi dan promosi ASI oleh penyedia layanan kesehatan dan pendampingan dalam kelas ibu hamil (Hikmahrachim et al., 2020).

Keberhasilan menyusui secara eksklusif dipengaruhi oleh berberapa faktor antara lain pengetahuan yang rendah, dukungan keluarga dan sosial yang kurang, rasa malu, masalah laktasi, pekerjaan, jumlah anak, jarak antar kelahiran dan perawatan anak, norma sosial, serta hambatan dalam sistem pelayanan kesehatan (Laksono et al., 2021; Nguyen et al., 2022; Nkoka et al., 2019; Wulandari et al., 2022).

Intervensi baby friendly hospital  yang dimuali sejak masa kehamilan terbukti meningkatkan efikasi menyusui sampai 4 minggu postpartum dan pemberian ASI eksklusif sampai 6 minggu postpartum (Otsuka et al., 2014). Edukasi menyusui pada masa pranatal dalam kelas ibu hamil terbukti meningkatkan pengetahuan, sikap dan  perilaku menyusui pada ibu postpartum  (Wulandari et al., 2022).

Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah melalui Departemen Kesehatan RI pelaksanaan kelas ibu hamil sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan meniumbuhkan sikap positif ibu hamil tentang kesehatan, ini termasuk edukasi tentang perawatan bayi setelah dilahirkan dan pemberian ASI Ekslusif. Kelas Ibu Hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular (BKKBN, 2022).

Edukasi cara memberikan ASI kepada bayi

Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu- ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran. Dan pada setiap materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi pokok (Lestari et al., 2022).Materi setiap tahapan pertemuan kelas ibu hamil berbeda-beda yang mencakup konsep kehamilan, persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat serta pencegahan penyakit dan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas agar ibu dan bayi sehat. Materi edukasi tentang kehamilan, persalinan dan nifas yang telah dibahas pada materi kelas ibu hamil dapat mencegah berbagai penyakit, gangguan gizi dan komplikasi.

Mengingat pentingnya lbu hamil, bersalin, dan nifas mengetahui berbagai penyakit, gangguan gizi dan komplikasi yang dapat timbul maka ibu hamil harus mendapatkan informasi yang cukup melalui Pendidikan kelas ibu hamil secra terstruktur yang dilaksanakan di Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Posyandu, Klinik Bersalin, Bidan Praktik Mandiri, atau Rumah Sakit setempat. lnformasi mengenai penyakit, gangguan gizi dan komplikasi selama hamil, persalinan dan nifas bertujuan untuk mendeteksi sedini mungkin sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanganan yang optimal serta meningkatkan efikasi menyusi dan mencegah pemeberian makanan pralaktal pada bayi dan meningkatkan keberhasilan pemberian ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Selain itu untuk meningkatkan status kesehatan dan mengetahui kondisi kesehatan,  ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan mengetahui secepatnya jika ada masalah yang timbul pada kehamilan, ibu suami dan keluarga dapat mengetahui kondisi kesehatan ibu hamil dan bayi sedini mungkin. Selama hamil, pemeriksaan kehamilan harus dilakukan minimal 6 kali selama periode kehamilan serta pemeriksaan oleh dokter dilakukan minimal 2 kali pada Trimester 1 dan 3.

Adapun jadwal pemeriksaan kehamilan adalah sebagai berikut:

  • Pemeriksaan kehamilan dilakuan 1 kali pada trimester 1 pada usia kehamilan hingga 12 minggu, ini dilakukan oleh dokter.
  • Pemeriksaan kehamilan dilakukan sebanyak 2 kali pada Trimester 2 saat usia kehamilan diatas 12-24 minggu
  • Pemeriksaan dilakukan sebanyak 3 kali pada trimester 3 ketika usia kehamilan 24-40 minggu, minimal 1 kali pemeriksaan dilakukan oleh dokter (Kemenkes RI, 2023).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

You cannot copy content of this page